November 22, 2015

Mari Menulis

Mari Menulis

Akhir-akhir ini ramai di instagram, di line, di situ, di sana, tulisan tentang menjadi diri sendiri. Seperti ini.
Terserah jika aku hitam, putih, pintar, bodoh, cantik, jelek. Aku tetap menjadi diriku sendiri.
Aku ini adalah aku. Bukan orang yang seperti yang kau inginkan. Aku adalah aku.
Ya sudahlah, silahkan orang berkomentar tentang aku.
Suka sama aku ya silahkan, gak suka ya juga gak masalah.
Atau, ada lagi yang lebih ekstrim : Aku hanya punya dua tangan, tak mungkin bisa menutup jutaan mulut di luar sana, mending aku menutup telingaku saja.
HIHIHIHIHI…. Saya merasa geli jika ada yang menulis ini. Apalagi artis yang sering bilang, “Aku sih gak papa digosipin apapun, aku akan tetap di jalurku”. Hahaha. Begini ya, poin yang penting adalah kamu hidup tidak sendiri, ingat itu. Jika ada yang tidak suka sama kamu, kata terserah bukan kata yang tepat, kamu mau dijauhin dari semua orang? Enggak kan. Cukup berkata terserah.
Kata yang tepat sebenarnya adalah mengapa. Mengapa orang membenci kamu? Mengapa. Segera tanya, segera tahu, segera berubah. Ada alasan mengapa sesuatu terjadi. Oke? Cukup menutup telinga, mendengar lah banyak.
Oh ia, satu lagi. Kalo seperti ini, Suka sama aku ya silahkan, gak suka ya juga gak masalahsaya yakin banyak sekali yang akan menghilang dari sampingmu. Contoh yah, seorang pejuang cinta akan berjuang, bayangkan jika dia mengatakan “Terserah, kalo kamu suka ya oke, kalo enggak yah, gak masalah” kepada ceweknya. Gimana mau jadian kalo kayak gini.
Semua orang akan berubah menjadi yang lebih baik, terus kamu tetap bilang terserah dan menutup kuping?
Ia ia ia… kita ke topik. Hari ini kita mulai menulis.Menulis itu susah? Enggak juga, dari umur 3 tahun kita sudah belajar menulis. Menulis itu membuang waktu? Main di sosmed lebih membuang waktu rasanya. Menulis itu membosankan? Tulislah humor, maka kita akan tertawa. Menulis itu tidak penting? Coba bayangkan bagaimana caranya bisa lulus sekolah tanpa menulis. Bingung menulis dari mana? Mulailah dengan mengisi biodata diri sendiri. Tulislah tentang dirimu.
Sekarang mah sudah tidak zaman lagi menulis, sekarang mengetik. Ia. Mengetik lebih gampang kan? Makanya ayo mulai megetik. Hehehehe. Kita mulai dari menulis aja deh.
Pikiran kita itu mahal. Mahal banget. Apa lagi otak kita tak bisa beregenerasi, jika lupa, akan sulit kembali. Sebaiknya segera diabadikan, segera ditulis maksudnya. Pikiran-pikiran cemerlang lahir dari dan saat menulis. Pengalaman pribadi sih. Saat saya menulis tuh banyak banget ide yang muncul. Awalnya gak mau menulis itu, tapi rasanya kepengen yah.
Coba lihat penemu-penemu terkenal dunia, semuanya diketahui dari tulisan. Tidak ada yang dari pikiran yang melayang-layang. Tuhan juga memberi ajarannya lewat tulisan. Alkitab, Al-quran, dll, itu semua tulisan. Dulu dipahat di batu, tapi sama saja itu tetap tulisan. Atau diberi ilham lewat mimpi, setelah itu ya disebar, biar jangan lupa, buat tulisannya. Orang Mesir zaman dulu malah menulis dengan menggambar. Sek sek, menulis dengan menggambar? Ya begitulah, mengerti sendiri aja deh. Yang pake simbol-simbol kepala anjing, kepala burung, kepala banteng, dan kepala sekolah.
Menulis itu menghindari kita dari kepikunan dan melatih otak untuk tetap bekerja maksimal. Saat kamu menulis, banyak sekali bagian otak yang aktif. Otak itu kayak otot ya. Semakin dilatih, semakin kuat dia bekerja.
Menulis itu menghindarkan diri dari gosip aneh-aneh. Ia, apa yang kita tulis tidak akan pernah ditambah bumbu macam-macam. Kita punya bukti tulisan. Xixixixi. Jangan kayak cowok yang ngegosip. Cewek mungkin lebih banyak gosip dari pada cowok, tapi cowok, punya banyak sekali bumbu yang bisa ditambahkan saat gosip.
Ada banyak cara untuk meyampaikan aspirasi, seperti, menjadi anggota DPR (susah, harus ikut pemilihan, sukur-syukur kalo terpilih), menjadi penyiar radio (guru saya dulu bilang, suara saya lebih cocok diam), menjadi seorang guru (kalo jadi guru matematika ya sulit sebenarnya), menjadi seorang MC (kalo MC di acara D’Terong Show, mau jadi apa kamu?), menjadi pembicara paling sulit adalah mencari siapa yang akan mendengar. Sekali bicara, akan hilang ditelan udara kosong mengambang (wuenak).
Masalah yang lebih penting lagi adalah, emang ada kesempatan buat kita untuk berbicara? Ada kesempatan itu? Rasanya kurang.
Ada cara lain yang efektif, buat pembicaraan dalam bentuk video, emang bisa ngedit-ngedit video? Aku sih gak bisa. Naaahh,, maka dari itu saudara-saudara sekalian, untuk mengisi kemerdekaan yang telah direbut oleh pahlawan di masa lampau marilah kita bersama mulai menulis. Menulis itu tidak susah, tidak memakan waktu yang lama apa lagi memakan jatah makan malam anda.
Saya gak bisa menulis? Oh ya? Coba tulis namamu di kertas? Gak bisa?
Maksudnya saya tak bisa menulis dengan baik.Coba kamu lihat deh tulisan ini, bagus dari mananya? Tapi aku tetap menulis.
Aku bingung mau nulis apa. Oke deh, ayo kita mulai menulis sederhana.
Punya Facebook? Instagram? Twitter? Dan barang-barang jahanam lain seperti itu? Kalau jawabanmu tidak, silahkan close halaman ini.
Nah, di situ kan kita bisa kita mulai menulis status. Misalnya baru selesai ujian, ujiannya susah, kemungkinan lulus hanya 20%. Bisa kita menulis seperti ini : Aku tahu Tuhan memberi berat badan berlebih ini dengan satu tujuan : mampu sekali lagi mengikuti ujian remidial. Sederhana sih, tapi lumayan. Trus kalo hujan misalnya, kita mulai menulis : huh… Hujan pun tak mau kalah derasnya dengan air mata rinduku pada orang tua diseberang lautan. (GGGUUUUEEEE BAANNGGEEETTT). Bisa sesederhana itu.
Atau di instagram, kan kita upload foto tuh, jangan pake hashtag kebanyakan. Gak jelas. #withhoney # chubby #undertree #bighug, kalo hashtag gini kayak lagi berduan sama Winnie the Pooh. Atau gini, #food #dinner #steakn’blognaise #wine #candlelight, kalo ini kayak pemilik restoran lagi promosi dan lagi itukan keterangan gambar bukan menyebutkan apa yang ada di gambar, orang juga bisa lihat. Coba ganti dah. Mungkin gini, Belum menemukan momen lebih indah dari momen di atas #with family.Seeeddaappp itu.
Kita kan suka baca quote-quote orang tuh. Kita juga buatlah, jangan mau kalah sama mereka. Moto hidup, karangin sendiri juga ya gak papa. Misalnya gini nih, Hidup bukan untuk mati, hidup untuk mempersiapkan diri bertemu pada-Nya. Ini quote dosenku, terserahlah. Tapi itu bagus.
Nah, setelah mulai terbiasa, bisa kita memulai dengan menulis tentang diri sendiri. Guruku bilang, jika ingin mulai menulis, tulislah Diary. Gini contohnya, Dear Diaryyyy….. Hari ini aku senang deh, ketemu si dia. Dia tersenyum saat berpapasan, dia menghampiriku, mendekat, nafasnya bisa kudengar, parfumnya juga aku tahu merknya, lalu, dia menggandeng, menggandeng pacarnya di sebelahku, yang adalah sahabatku.
Ini kan ueenaak tenan. Padahal intinya ya cuma cowok itu pacaran sama sahabat sendiri. Ini yang kadang-kadang teman lupa. Menulis narasi atau teks panjang lainnya itu hanya menjabarkan dan memanjangkan apa yang kita rasa. Kalo nulis puisi malah kita memendekan perasaan dalam bentuk seringkas-ringkasnya.
Misalnya, kalimat diary yang panjang tadi, bisa jadi satu kata : TIKUNG!!! Dengan tanda seru lebih baik. Hahahahhaha.
Menulis bukan hanya sekedar menggores tinta di atas kertas, menulis adalah tumpahan perasaan yang penuh air mata dan tawa.
(aku berkali-kali nangis saat bercerita tentang orang tua dan cewek) hahaha…
Ayo mulai menulis yuk. Kita kumpulin tulisan kita. Untuk konsumsi pribadi aja.
Atau kalo mau di publish di blog ini juga bisa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar