Tulisan ini saya buat saat kelas 3 SMA sebagai tugas jurnalistik dari pak Armin Bell
Saya bukanlah Barack Obama, Presiden kulit hitam pertama Amerika Serikat. Saya bukanlah Ir. Soekarno sang proklamator kita. Saya bukanlah Rm. Andi yang mengatur sekolah ini. Dan saya bukanlah Pa Armin Bell, public speaker terbaik yang saya pernah temui. Saya, adalah siswa SMAK St. Fransiskus biasa, yang sedang mencoba berbicara dengan apik di depan teman2.
Saya akan berbicara tentang penyakit yang menunggu ingin menyerang para remaja di seluruh permukaan bumi. Bukanlah demam berdarah dari nyamuk-nyamuk unyu-unyu. Bukanlah HIV/AIDS yang tak tersembuhkan. Bukan kanker mematikan. Bukan tumor yang akan membuat tubuh anda abnormal. Bukan polio yang punya vaksin. Tetapi penyakit, GALAU.
Lucu terdengar, tetapi penyakit ini tersebar di seluruh bumi. Dan tentu kita pun melihatnya di tanah Manggarai. Penyakit ini sendiri sebenarnya tidak berjalan sendiri alias galau akan mengajak teman-temannya, yaitu stres, tangisan, rintihan, kegilaan, depresi, dan teman-teman lain yang tak perlu disebut, dating menyerang bersama.
Ada yang tahu galau itu seperti apa?
Kata galau itu sendiri berteman akrab dengan turis Inggris yaitu Confusion. Bingung ialah sepupunya di Indonesia. Perasaan dilemma menjadi hal yang terus mengikuti galau kemanapun ia pergi. Penyebab paling umum yang dialami oleh remaja masa kini ialah seorang kekasih. Belahan hatinya kadang-kadang membuat galau dengan tingkahnya. Jangan heran bila kita sering galau tentang pasangan dengan berbagai alas an yang tak masuk akal. Cinta punya buat hati punya mau.
Kok galau bisa jadi berbahaya? Galau tak berbahaya bro, tetapi mante-mantenya yang berbahaya. Misalnya saja seorang pengendara motor yang sedang galau. Konsentrasinya hilang total. Pikirannya bukan lagi pada jalan raya, bahkan otak kecilnya telah meramalkan ia akan berjalan menuju UGD. Dan alahasil, sedikit kejutan di jalan, mengantarnya ke tempat yang telah diramalkan. Atau misalnya seorang galau yang merokok seperti kereta api dan minum seperti mesin pompa, tentu saja akan merusak tubuh sendiri, sehingga jaminan dia terkena penyakit adalah 100%.
Kita juga perlu mengetahui ciri-ciri orang yang sedang galu agar kita menjauhinya dan tidak ikut-ikutan galau. Ciri yang paling gampang adalah bibirnya. Bila bibirnya lebih maju dari pada biasanya, dia mungkin saja galau. Tetapi kita harus melakukan observasi selanjutnya, bias saja dia sariawan. Cara yang lebih efektif ialah melihat tingkah lakunya. Bila dalam satu jam dia termenung selama lima puluh Sembilan menit lima puluh Sembilan detik, mungkin saja dia galau atau dia sedang berpikir materi dari guru. Cara yang paling ampuh adalah dari perkataannya. Jika tak ada angin dan badai dia tiba-tiba membuka percakapan dengan : “trus gue harus naik gajah, liatin bintang, rasain hembusan angin dan bila WOW getohh?”. Teman-teman terkasih, saya harus mengatakan, dia 100 lebih % galau.
Ternyata, menurut penelitian oleh saya pada diri saya sendiri, efek galau itu berkepanjangan. Ada tingkatan dari galau tersebut. Stadium pertama efeknya sekitar beberapa jam, stadium dua beberapa hari, dan stadium tiga beberapa minggu bahkan beberapa bulan. Dan pada galau stadium ketiga, seseorang susah sekali disembuhkan. Efek paling parah ialah mengurangi semangat belajar kita. Kita sebagai pelajar yang terpelajar dan ingin terus belajar mengenai pelajaran karena tuga kita adalah belajar, tentunya efek ini sangat ditakuti. Efek dari tidak belajar itu sendiri kita sudah mengetahuinya. Dibentak Pak Kons, dibilang blank oleh Pak Adri, disamakan dengan Agus Montod oleh Pak Simon,disindir oleh Ibu Onsi, pada puncaknya nilai rapor kita semuanya di bawah rata-rata.
Menghilangkan galau itu sangatlah mudah. Hindari saja hal-hal yang menyebabkan galau tersebut. Misalnya, galau diputusin pacar, yah kita harus menghindari pacar kita yang membuat kita galau. Tetapi galau stadium satu, pasti kita mengalaminya dan percayalah momen-momen galau pasti kita bias lewati.
Setelah galau kita hilang, mari kita laksanakan tugas berharga kita. Belajar. Belajar itu mementingkan kualitasnya bukan kuantitasnya. Dengan kata lain, belajar itu bukan menguji lamanya kita belajar, tapi menguji seberapa banyak bahan yang kita pahami. Jadi, lebih baik belajar setengah jam dengan pemahaman yang banyak, dari pada belajar satu jam tanpa memahami materi tersebut.
Teman-teman setuju tidak jika jam sekolah kita dikurangi?
Lama sekolah yang ditetapkan di SMA tercinta ini sudah sangat efisien. Hal ini berlandaskan pada penelitian guru besar di Oxford dan di kembangkan di Indonesia oleh Prof. Dr. Tri Joko Raharjo, M.Pd. Dia mengatakan bahwa lama otak manusia dapat menerima informasi secara sempurna adalah selama 5-6 jam setelah bangun di pagi hari dengan tidur malam yang nyenyak. Sehingga, tidak ada alasan bagi kita untuk berdemonstrasi mengurangi jam belajar. Kita melihat tidur yang nyenyak juga dipengaruhi oleh suasana hati dan kegalauan seseorang (^^). Galau akan mengurangi kualitas tidur.
Suasana hati yang telah kita perhalus dari kata galau tadi, juga sangat menentukan kualitas belajar kita. Tidak mungkin seseorang belajar sambil menangis tersedu-sedu. Maka tahap pertama yang kita dapat adalah susasana hati yang baik dalam belajar.
Berikutnya waktu yang kita luangkan untuk belajar juga sangat penting. Belajar bukan secara simultan, tetapi secara periodik. Belajar 4 kali dalam sehari adalah cara yang terbaik untuk dipilih. Belajar 4 kali ini diluar dari jam sekolah. Profesor Walter Perrtig dari Universitas Bern, Swiss, mengatakan, otak akan mengingat lebih lama bila hal itu diulang 3 kali. Tepatlah kita belajar 4 kali sehari. Tiga kali untuk mengulang pelajaran sebelumnya, dan sekali untuk persiapan pelajaran keesokan harinya.
Teman-teman, apakah kalian punya metode belajar sendiri? Coba ceritakan.
Sebelum memulai kegiatan mulia ini, kita perlu persiapan yang baik. Pertama adalah hati yang tulus, kedua buku yang ingin dipelajari, jadwal yang baik, minuman dan makanan ringan, dan music bila diperlukan, serta alat tulis yang baik. Setelah itu. Mari kita belajar.
Belajar mempunyai beberapa metode. Yang pertama secara visual. Cara ini dilakukan dengan melihat animasi, video atau jenis visual lain. Kedua adalah secara audio. Mendengar rekaman tentang pelajaran juga cara belajar yang baik. Tetapi cara ketiga ini adalah yang paling sering dilakukan oleh kita. Yaitu dengan cara membaca.
Belajar dengan cara ini sudah biasa. Bagaimana jika belajar dengan mengajarkan kepada orang lain? Apakah pernah terpikir oleh kita? Menurut penelitian, kita akan mengingat 5% dari yang kita dengar, 10% dari yang kita baca, 20% dari yang kita dengar-baca, 30% dari yang diperagakan, 50% dari diskusi kelompok, 75% dari yang kita latihan/praktek, 90% dari yang kita ajarkan. Jadi mari berlomba-lomba duluan belajar, sehingga bisa mengajari teman. Mengajari teman dengan pengetahuan yang sedikit tentu saja akan memalukan. Jadi kita terpaksa mengajar diri sendiri sebelum mengajarkannya kepada orang lain.
Lalu sebaiknya teman-teman menghindari belajar dalam waktu yang sangat kepepet. Perilaku H-1 sebaiknya jangan dilakukan. dua hari sebelum test adalah waktu yang tepat memulai belajar. Sehingga kita mempunyai waktu untuk membaca, meringkas, dan tentunya memahami isi pelajaran itu.
Belajar secara kelompok adalah pilihan tepat bila jenuh atau kesepian. Berdiskusi akan memudahkan kita untuk memahami. Sehingga kita tidak berkutat pada materi yang yang sam selama berhari-hari yang sebenarnya bisa kita pahami secara berkelompok. Cara ini juga bisa sangat berguna bagi orang galau, karena bisa diselingi curhat dari hati yang terdalam.
Teman-teman, ternyata tidur siang itu banyak sekali manfaatnya bagi kita terutama dalam membantu kita dalam mempelajari materi yang diberikan guru. Tidur siang juga mempunyai ketentuan sehingga tidur siang kita menjadi berkualitas. Tidur siang selama 5 menit tidaklah berguna bagi kita, malah akan membuat tubuh menjadi malas beraktivitas. Lama tidur siang yang baik adalah lima belas sampai dua puluh menit. Setelah kita bangun, dijamin, badan akan merasa lebih segar dan otak kita akan berjalan lancar. Karena butuh 10 menit bagi otak kita untuk bisa kembali rileks dan siap diisi kembali. Tidur selama dua jam lebih akan sangat merugikan kita karena mama akan marah.
Setelah jam belajar kita selesai, itu tidak lantas menyuruh kita untuk menutup buku. Kita bisa menyusun pertanyaan pengembangan dari materi. Pertanyaan akan banyak muncul ketika kita belajar matematika dan fisika. Tentunya pertanyaan, bukan tentang sampai kapan saya harus belajar, kapan penderitaan ini berakhir. Tetapi berupa pertanyaan yang mungkin belum pernah terpikirkan oleh guru. Belajar seperti ilmuwan ada bolehnya juga.
Jangan mentang-mentang galau, kita langsung menyerah dan berteriak di kamar mandi. “Aku suka kamu, kita udah deket,udah deket bngt, lalu dia datang, kamu suka dia, lalu aku ditinggal, pahit nya hidup” atau “Aku pernah berpikir betapa bodohnya aku menunggu cintamu yang tak pasti”. Coba bila waktu yang kita pakai untuk berteriak di kamar mandi dipakai untuk membuat ringkasan. Pasti hasilnya lebih baik.
Setelah kita membaca, membuat rangkuman, dan mengerjakan soal latihan, ada baiknya jika kita meminum teh atau makan makanan yang mengandung Zn dan Mg seperti coklat, pisang, advokat, dan teman-temannya yang lain. Itu akan bekerja sebagai lem yang menempelkan materi yang kita belajar pada otak kita. Jadi makan juga punya aturan dan maksud tersendiri loh, tidak hanya sekedar mengisi lambung yang bentuknya aneh itu.
Saat kita belajar, otak kita hanya fokus pada apa yang sedang kita kerjakan. Jadi waktu untuk galau sudah sangat berkurang. Jika galau hilang, hidup yang susah ini akan terasa mudah. Saat galau itu pergi banyak sekali hal positif yang masuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar