Ospek Jahat Sssiiihhhh, Tapiiii…..
Saat menyadari kita salah, kita seperti jatuh dalam sumur tak berujung. Tak tahu kapan malu itu akan berhenti, tak tahu kapan penyesalan akan minggat. Yang kutahu hanya tahu berasal dari kedelai. Sekian…
Itu tadi opening yang selalu tidak jelas tapi lucu, tapi berisi inti dari pembicaraan kita kali ini, tapi tidak nyambung, tapi terlalu banyak tapi, tapi….. (dunia penuh dengan tapi). Tapi itu yang gua rasakan bahwa pandangan jelek saya terhadap Ospek itu ternyata adalah salah besar.
Ospek di Indonesia mengundang bulu kuduk untuk berdiri. Ospek di Indonesia menjadi sarana bully paling baik bagi kakak kelas. Menjadi saat neraka dalam memulai kuliah yang juga neraka. Menjadi alasan kedua untuk gua untuk tidak tidur, alasan pertama adalah nonton final piala dunia. Menjadi persiapan kita dalam memulai kuliah. Adalah saat evolusi kita dari siswa menjadi mahasiswa. Ospek adalah masa transisi yang hebat.
Kata orang Tuhan mempunyai segala maha di dunia. Maha baik, Maha kasih, Maha cinta, Maha pemurah. Tapi bagi gua, Tuhan belum pernah jadimahasiswa. Tapi Tuhan Maha tau tanpa menjadi mahasiswa. Mungkin ini adalah salah satu alasan kuat mengapa kita harus memujinya.
Kita langsung ke topik yang dari lewat jalan memutar sampai pada mahasiswa. Seorang mahasiswa dikatakan mahasiswa jika telah resmi menjadi anggota MLM terlaris yang dinamai Universitas. (Kok MLM? Pikirkan sendiri). Sebagai mahasiswa (yang saya rasakan) haruslah memiliki rasa cinta yang tinggi terhadap ilmu yang dipelajari. Sebagai dampaknya, seorang mahasiswa harus belajar lebih giat dari hari ke hari untuk mencapai atau menyelesaikan panggilan hidup tersebut.
Nah, karena OSPEK di Indonesia begitu keras (saran saya kita sama-sama melihat di google untuk mencari perbandingan ospek Indo dan luar Indo), Ospek akan menempa kita dalam persiapan kita menjadi mahasiswa yang super sibuk.
Gua ceritain aja pengalamanku sekarang setelah melewati Ospek. Ngomong-ngomong gua gak lulus Ospek barusan, karena poin pelanggaranku sampai melewati titik nol kebawah. Jangan dulu tertawa. Ia gua akui kalo aku tak begitu memprihatinkan Ospek. Sekarang menjalani pendidikan dokter yang padat binti maemun itu, gua sadar ospek itu berguna.
Gua saat Ospek lima hari itu, dua malam gua gak tidur. Ngerjain tugas yang super aneh. Lalu guna tidak tidur untuk sekarang adalah gua mampu bertahan belajar lebih lama dari pada biasanya. Saat Ospek ada pemberian materi dari jam sembilan sampai jam dua. dengan sekali istirahat. Itu kan sialan banget. Sekarang, lebih parah bo. Dari jam delapan samapi jam empat sore diisi dengan kuliah diselingi oleh dua kali istirahat setengah jam. Fungsi ospek adalah membiasakan diri untuk berkonsentrasi dalam waktu yang lama. Susah? Ia. Jika sekarang beralasan tak bisa konsentrasi dalam waktu lama, itu kesalahan diri sendiri yang tak mau latihan konsentrasi saat Ospek.
Tugas menulis tangan saat Ospek ada sekitar lima lembar HVS bolak-balik. Sekarang saat kuliah untuk meringkas saja sudah butuh sepuluh kertas binder bolak-balik. Belum lagi laporan praktikum. Belum lagi jika disuruh mencari arti istilah kedokteran yang aneh-aneh. Itu sesuatu banget loh teman-teman.
Menghadapi perintah saat Ospek yang aneh-aneh adalah suatu bentuk persiapan menuruti perintah dosen yang juga aneh-aneh. Misalnya saja pengalamanku yah, hari pertama kuliah semua mahasiswa disuruh untuk mencari arti dari nama penyakit. Tasknya adalah mencari nama dalam bahasa Inggris, bahasa Latin, dan pengertian secara umum. Dan bonusnya adalah penyakit yang berkaitan. Jika penyakitnya ada seratus sih gua sanggup. Tapi nomornya ada seribu… seribu bro seribu. Alhamdulilah tugasku itu sekarang sudah rampung semua. Dengan sedikit copy paste dari teman, sembilan ratus sembilan puluh (990) yang aku copy paste. Itu berarti aku mengerjakan setengahnya. Benarkan?
Jadi mana yang lebih sengsara? Ospek atau kuliah. Kuliah itu hanya enam hari paling lama. Kuliahmu? Empat tahun minimal.
Persiapkan dirimu. Kuliah itu tidak mudah. Percaya saja, minimal (minimal loh yah) jika kita berhasil foto bersama orang tua dengan memakai toga, kebanggaan itu hanya dapat diungkapkan dengan air mata bahagia.
Saranku, kuliahlah yang benar agar dapat melempar toga. Semoga……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar