November 22, 2015

Sensitif


Image
Sumber foto : http://muslimahnegarawan.files.wordpress.com/2013/04/shhh__danbo_is_sleeping_by_whispering_legacy-d370yk9.jpg
Manusia itu mudah sekali digoyahkan, perasaan menjadi titik lemahnya. Diserang dengan apa? Kata-kata. Seperti pada tulisan sebelumnya yang gak jelas, kata-kata adalah senjata paling kuat. “Mengapa kamu goyah karena kata-kata?” Ini pertanyaan mamaku yang selalu ditanyakan padaku. Sudah bosan mendengarnya, sekarang tetep bosan sih, tapi mungkin kita akan lebih tertarika dengan kata-kata dan perasaan yang selembut sutra, mungkin juga sebaliknya.
Perasaan itu seperti air, tenang mengalir. Perasaan itu seperti pohon, tegak berdiri. Perasaan itu seperti badai, kacau mengamuk. Perasaan itu seperti rokok, nikmat dan mematikan. Perasaan itu seperti kopi, hangat mendebarkan. Perasaan itu seperti es, dingin menusuk. Perasaan itu seperti angin, lembut menyejukan. Perasaan itu seperti ombak, bergulung menggelora. Perasaan itu seperti gang gelap yang kosong, penuh misteri. Perasaan itu seperti matahari, panas membakar. Akan aneh jika itu semua bercampur. Air ditambah pohon ditambah badai ditambah kopi ditambah rokok ditambah es ditambah angin ditambah ombak ditambah gang gelap ditambah matahari akan menjadi sesuatu yang sangat aneh. Eeehhh…. Eehhh… tunggu dulu, benda aneh ini yah yang namanya cinta?
Perasaan… Saya ini orang yang sensitif. (Hahahahaha… Bohong banget yah). Oke, saya perbaiki. Saya ini orang yang mudah terbawa perasaan. (lebih baik dan sedikit lebih jujur). Terserah deh. Yang penting, saya ini sensitif. (Gak jelas banget paragraf ini). Lanjut ke paragraf berikut.
Dengan pujian yang sedikit saja, saya bisa melambung tinggi. Dengan sindiran sedikit saja, saya bisa tenggelam sedalam yang bisa diukur. Ini disebut apa yah? Over emotional (seenaku saja membuat istilah, wong iki tulisanku kok).
“Kamu ganteng”, weleh-weleh. Ini kalimat pujian yang jarang sekali saya terima, kecuali dari mantan-mantan saya yang saat itu sedang menderita rabun jauh saat saya jauh dan rabun dekat saat saya dekat. Seingat saya mama juga gak pernah bilang saya ganteng. Apa lagi papa, malah diejek. Ya ampun.
Kata-kata tadi sungguh akan membuat semua laki-laki mencari-cari senyum terbaik untuk menanggapinya. Hal yang sangat berbeda terjadi saat kata ‘ganteng’ diubah menjadi ‘jelek’. Mencari senyum seadanya lalu pulang ke kos dan menangis di kolong tempat tidur.
Sebenarnya kita itu ganteng, uuppss, sori, sebenarnya kita itu biasa-biasa saja. Kita dibilang ganteng karena orang lain pernah melihat yang lebih jelek. Lalu, dengan sangat menyesal orang yang jelek itu adalah kita. Apa yang mau saya sampaikan di paragraf ini sungguh tidak tersampaikan. Pokoknya gini deh. Kita tidak akan menjadi ganteng saat orang berkata demikian, kita juga tidak akan menjadi jelek, karena kita memang sudah jelek. Ya ampun. Tambah ribet. Kalian mengertilah sendiri. Ini hanya kata-kata.
Hanya perasaan yang dimainkan di sini. Menonton serial Marvel, akhirnya kita mengetahui perasaan itu seperti apa. Hulk yang begitu besar akhirnya mengecil juga saat perasaannya disentil. Coba kalo yang disentil itu barangnya yang lain, bertambah besar dia. (You know what I mean when I said ‘barangnya’). Iron Man pun akhirnya kalah dengan perasaannya saat ditantang musuhnya (watch IronMan 3).Akhirnya perasaan itu mengalahkan semua manusia di bumi. (kalimat terakhir layak hapus).
Seperti cewek-cewek SMA, mudah tersinggung dengan kata-kata. Aaahh, itu masa lalu. Coba lihat yang sekarang. Perasaan memegang peranan penting saat ada pemilihan anggota organisasi. Saya mengalaminya, akhirnya saya tidak diterima. Karena perasaan. Kini saya tahu mengapa harus ada pemilihan umum, karena pemilihan akan berdasarkan satu landasan jika dipilih oleh lembaga diatasnya, perasaan.
Cowok juga harusnya lebih kokoh perasaannya. Jangan cepet menangis. Jangan terlalu sedih. Jangan terlalu senang. Jangan terlalu lama galau. Jangan terlalu lama memendam perasaan. Jangan terlalu lama, setelah nikah baru harus lama, jangan cepat keluar (ya ampun, ampuni aku). Ini disensor saja. Ingat saja, bukan tugas cowok menangis, tugas cowok itu jujur akan perasaan sendiri. Biarkan cewek yang ribet dengan perasaannya sendiri, yang kadang-kadang mereka sendiri tidak tahu itu perasaan apa.
Tapi sayangnya, saya ini sensitif dan semua larangan tadi saya lakukan.
Perasaan bisa apa saja. Perasaan takut seperti saat saya melihat dan menyentuh serangga. Perasaan jijik saat saya berdekatan dengan reptil. Perasaan sedih saat melihat pengemis cilik. Perasaan bahagia saat saya lolos (bukan lulus) dari ujian blok. Perasaan yang paling parah yang saya alami adalah saat saya tersinggung. Beeeuuuhhh.
Tersinggung itu seperti rokok, sekali dihisap akan terasa terus. Sekali di bakar, tidak akan kembali lagi. Ingin dihilangkan tapi selalu dihisap. Ia, perasaan tersinggung itu tidak akan hilang begitu saja. Akan terus membekas. Seperti kata orang, “tidak ada namanya berhenti mencintai, yang ada hanya tidak pernah mencintai dan tak berhenti mencintai”. Tersinggung juga sama.
Efek-efek tersinggung :
  1. Susah tidur
  2. Sulit konsentrasi
  3. Tak punya kontrol diri (saat melihat orang lain)
  4. Mata kurang fokus (selalu mencari cara untuk membalas)
  5. Depresi (saat perasaanmu dipermainkan orang)
Ini kok seperti orang kecanduan narkoba yah? Ia emang bener. Sama kok bahaya nya. Jangan mudah tersinggung lah. Jangan juga terpengaruh dengan kata-kata.
Tulisan ini saya tutup dengan, kata mama :
“Jangan merasa senang jika dipuji dan jangan merasa sedih saat dimaki. Itu hanya kata-kata. Bukan dirimu yang sebenarnya”.
Kataku :
“Jangan terlalu lama galau, karena nanti kamu akan buta oleh air mata. Jangan memendam perasaan terlalu lama, akan membusuk. Kejujuran akan perasaan adalah kejujuran yang paling jujur”.
Aku juga kurang mengerti apa yang menjadi kataku. Sekian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar